RESUME DISKUSI PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
DALAM RANGKA PERAYAAN PASKAH
PAROKI St. IGNATIUS DANAN TAHUN 2018
Pendidik dan Tenaga Kependidikan Katolik St.
Ignatius Danan Mengasihi dengan Kata dan Perbuatan
B. RESUME
DISKUSI
1. Lemparan
Bola Salju oleh Romo Basilius Edy Wiyanto, Pr.
a. Judul:
Guru Jaman Now
b. Rumusan
masalah: Guru Digugu lan Ditiru: Masih Relevan?
c. Pembahasan:
1) Teori
belajar Modelling (Meniru) menurut
Albert Bandura dalam Social Learning
(1986)
a) Menurut
teori belajar Modelling tingkah laku lingkungan
dan kejadian-kejadian internal pada pembelajaran yang memengaruhi persepsi dan
aksi memiliki hubungan yang saling memengaruhi.
b) Ada
4 tahap dalam pembelajaran modeling, yaitu
Ø Perhatian:
subjek harus memerhatikan tingkah laku model untuk dapat mempelajarinya.
Ø Mengingat:
subjek merekam tingkah laku model yang dipelajari dalam ingatannya.
Ø Reproduksi
gerak: informasi yang direkam dan disimpan itu diwujudkan dalam perilaku.
Ø Motivasi:
subjek harus termotivasi untuk meniru perilaku model yang dipelajarinya.
c) Oleh
karena itu, tujuan pendampingan (baca: pendidikan) adalah self afficacy (kepecayaan diri) dan auto regulasi (kemandirian).
d) Maka,
guru merupakan salah satu sumber belajar dan materi ajar.
2) Termasuk
guru macam apakah Anda?
a) Guru
Robot (hanya peduli beban materi yang harus diajarkan)
Ø Hadir
di kelas, mengajar lalu pulang.
Ø Akibatnya,
guru hanya menyampaikan materi sesuai tuntutan kurikulum, tanpa memerhatikan
potensi-potensi lain yang dimiliki anak.
b) Guru
Materialistik (memperhitungkan waktu seperti bisnis)
Ø Guru
melaksanakan kewajiban sesuai dengan hak yang diterima.
Ø “Gaji
kecil kok disuruh total dan kreatif, ya gak mungkinlah!”
c) Guru
Sejati (guru yang inspiratif)
Ø Memiliki
keikhlasan untuk mengajar dan belajar.
Ø Membebaskan/memerdekakan
anak dari beban ketakutan, kecemasan, tekanan, dan dari kegelapan karena
ketidaktahuan dan ketidaksadarannya.
2. Pertanyaan
diskusi
a. Profil
guru macam apa yang saya idealkan?
b. Sumber
belajar apa saja yang bisa dihadirkan untuk peserta didik di sekolah?
3. Hasil
diskusi kelompok
a. Profil
guru ideal
1) Tidak
sekedar menransfer materi, tetapi juga mendidik, membentuk karakter pribadi
peserta didik, mengarahkan peserta didik menjadi pribadi yang lebih mandiri,
lebih dewasa, memiliki wawasan kebangsaan, dan nilai-nilai Pancasila.
2) Kreatif,
inovatif, bisa menginspirasi dan memotivasi peserta didik, bisa membuka wawasan
peserta didik sesuai kondisi riil.
3) Diterima,
disayangi, dan selalu dinantikan kehadirannya oleh peserta didik karena
memiliki karisma.
4) Serba
bisa dalam hal-hal praktis.
5) Bisa
menjadi panutan, berwibawa, rapi, santun, simpatik, pintar, menarik, terampil,
kerja sama, bisa mengambil hati peserta didik.
6) Memiliki
sifat selalu berkata benar, menyampaikan yang baik, kredibel, dan cerdas
(kesatuan kata dan perbuatan).
7) Sosok
yang mengabdikan diri berdasarkan panggilan jiwa, hati nurani, bukan karena
tuntutan uang belaka.
8) Mengajar
seperti Tuhan Yesus.
9) Menguasai
kurikulum, bahan ajar, dan terampil menggunakan berbagai model pembelajaran.
10) Memahami
latar belakang, kondisi, perkembangan, dan kebutuhan peserta didik.
b. Macam-macam
sumber belajar
1) Kearifan
lokal
2) Pribadi
guru
3) Lingkungan
sekitar
4) Teknologi/internet
5) Alat
peraga: bisa menghadirkan tokoh
6) Semua
hal bisa digunakan sebagai sumber belajar
7) Alam
takambang: alam sekitar, media elektronik, media cetak, pengalaman pribadi
4. Peneguhan
hasil diskusi oleh Romo Basilius Edy Wiyanto, Pr.
Dirangkum
dari pembicaraan saat memberikan peneguhan hasil diskusi dan homili.
a. Profil
guru ideal
1) Kekhasan
sekolah Katolik; kekhasan pendidikan Katolik
Sekolah Katolik atau
pendidikan Katolik memiliki kekhasan yang membedakannya dengan pendidikan
lainnya. Kekhasan itu dibentuk dan dihayati oleh guru-guru Katolik yang
berkarya di dalamnya.
Guru Katolik menghayati
bahwa menjadi pendidik merupakan karya misioner, menjadi rasul-rasul Kristus
yang diutus dalam karya kerasulan pendidikan. Sebagai misionaris, Guru Katolik
tidak berhenti pada satu cara, tetapi kreatif membuka kemungkinan, menemukan,
dan mencipta karya-karya inovatif untuk mencapai tujuan pendidikan. Seperti
perintah Yesus kepada murid-muridnya yang menyerah setelah gagal semalaman
menjala ikan: “Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu
peroleh,” kata Yesus kepada mereka (Yohanes 21: 6). Iman misioner itu dihayati
guru Katolik bahwa seluruh hidup dan karyanya dalam kerasulan pendidikan
sebagai kesaksian akan kehadiran Allah. Maka, relasi dengan peserta didik tidak
sekedar dipandang sebagai relasi guru – murid. Lebih daripada itu, guru Katolik
mampu memahami peserta didiknya secara personal dan mampu menjadi inspirasi
bagi peserta didiknya.
2) Kriteria
guru
Mengacu kekhasan tersebut di atas, ada lima kriteria
guru dari yang paling rendah sampai yang paling ideal, yaitu:
a) Kriteria
E: guru cuek, “gak pedulian”
Sama sekali tidak peduli terhadap kompetensi yang
harus dimiliki sebagai guru.
b) Kriteria
D: guru malas
Menyadari tuntutan kompetensi guru, tetapi malas
berusaha memenuhinya.
c) Kriteria
C: guru robot
Sekedar memenuhi tuntutan kompetensi guru.
d) Kriteria
B: guru kreatif
Memenuhi tuntutan kompetensi guru dan kreatif
mencipta karya inovatif.
e) Kriteria
A: guru kreatif, inspiratif, dan misioner
Memenuhi tuntutan kompetensi guru, kreatif
menciptakan karya inovatif, mampu menginspirasi orang lain, dan menghayati
tugas kerasulannya dalam dunia pendidikan.
3) Yang
perlu diperhatikan guru Katolik
a) Kreatif
Terus-menerus mencari, menemukan, memilih,
menciptakan, dan menggunakan sesuatu yang baru: model pembelajaran, bahan ajar,
sumber belajar, karya inovatif, dll.
b) Inspiratif
Membagikan hasil kreativitas itu kepada pendidik
yang lain dan peserta didik. Mampu menumbuhkan keinginan pada diri orang lain –
pendidik dan peserta didik – untuk meniru dan mengembangkan apa yang sudah
dilakukannya.
c) Misioner
Memiliki penghayatan iman bahwa tugas sebagai
pendidik merupakan tugas perutusan untuk memberikan kesaksian akan kehadiran
Allah dalam dunia pendidikan.
b. Macam-macam
sumber belajar
Dasar pemilihan sumber belajar adalah budaya
sekolah yang dihayati dan diperjuangkan oleh seluruh warga sekolah.
Seluruh pendidik dan tenaga kependidikan perlu duduk bersama untuk merumuskan
budaya sekolah agar bisa dihayati dalam seluruh proses pembinaan peserta didik.
Pendidik hanyalah salah satu sumber belajar. Sumber
belajar lain adalah narasumber, pengalaman, kearifan lokal, lingkungan sekitar,
IT, media cetak, dan media elektronik. Sumber-sumber belajar itu dipilih yang
sesuai dengan pencapaian budaya sekolah.
5. Kesimpulan
hasil diskusi
Pendidik
dan tenaga kependidikan Katolik Paroki St. Ignatius Danan mengasihi dengan kata
dan perbuatan. Mengasihi dengan kata dan perbuatan baru bisa diwujudnyatakan
bila pendidik dan tenaga kependidikan melaksanakan tugas kerasulannya secara
kreatif, inspiratif, dan misioner. Hal itu tampak pada kemampuan pendidik dan
tenaga kependidikan menciptakan budaya sekolah (baca: budaya belajar) yang membebaskan/memerdekakan pendidik dari
beban ketakutan, kecemasan, tekanan, dan dari kegelapan karena ketidaktahuan
dan ketidaksadarannya.
C. CATATAN
Pertemuan pendidik dan tenaga kependidikan Katolik
Paroki St. Ignatius Danan menjadi agenda tahunan. Maka, tolong sampaikan usulan
kepada Tim Kerja Pendidikan:
1. Kapan
waktu yang tepat, dengan mempertimbangkan kepadatan agenda sekolah agar semua
bisa ikut terlibat dalam pertemuan ini. Apakah momen Paskah atau Natal?
2. Bentuk
diskusi, seminar, simposium. Tolong rumuskan agak konkret agar bisa
ditindaklanjuti sesuai harapan. Hal ini dimaksudkan agar acara kita tidak
membosankan sehingga tujuan yang kita inginkan tercapai.
0 Komentar