HPS SEDUNIA Bersyukur Dengan Berbagi Pangan

Setiap 16 Oktober sejak 1982, Gereja Katolik turut serta memperingati Hari Pangan  Sedunia (HPS). Pada peringatan ke-36 ini KWI mengajak seluruh umat Katolik Indonesia merenungkan tema ”Keluarga Sebagai Komunitas Berbagi Pangan”. Seperti pada Misa  Minggu (14/10) di Gereja St. Ignatius Danan.

Ekaristi hari Minggu tersebut nampak berbeda. Di sekitar pelataran Gereja bediri tenda dan meja-meja tempat berjualan aneka makanan mentah maupun matang oleh ibu-ibu dari lingkungan-lingkungan. Tak hanya itu, hiasan altar juga dibuat dari berbagai macam sayuran dan buah seperti jagung, tomat, kacang panjang dan kacang tanah, pete, terong dll.

Sebelum Misa umat yang hadirpun membawa bingkisan hasil bumi seperti beras dan macam-macam sayuran yang nantinya dijual seusai Misa oleh Panitia di pelataran Gereja. Hasil penjualan ini diperuntukkan bagi korban gempa dan tsunami di Palu dan Donggala. Memang hari minggu saat itu sungguh-sungguh Hari Pangan. Persembahan umat dalam Ekaristi juga dalam bentuk sayuran, buah dan ketela raksasa persembahan umat Paranggupita. Karena begitu besarnya ketela ini harus dipikul oleh dua orang dibawa menuju altar.

Berbagi Pangan 
Pada Ekaristi HPS kali ini, pastor Y. Eka Heru Murcahyana, SJ yang memimpin Misa membacakan Surat Gembala Uskup Agung Semarang pada Peringatan HPS ke-36. Intinya, semangat berbagi pangan sangat penting dan hendaknya ditumbuh kembangkan dalam keluarga. Uskup dalam Surat Gembala juga mengajak umat mengungkap syukur atas anugerah ketercukupan pangan di keluarga masing-masing. Untuk itulah syukur itu diwujudkan dalam menghargai pangan dan kesediaan berbagi untuk saudara/i yang berkekurangan.

Uskup mengingatkan khususnya bagi keluarga-keluarga Katolik di KAS yang berprofesi sebagai petani, peternak dan nelayan. Hendaklah bersyukur, berbangga, dan bergembira sebab boleh ambil bagian dalam karya Allah mensejahterahkan sesama melalui kerja yang menghasilkan bahan makanan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia.

Dalam Surat Gembala tersebut Uskup mengatakan bahwa menjadi petani, peternak dan nelayan bukan pekerjaan rendah namun sangat mulia karena dibutuhkan banyak orang. “Tanpa anda kebutuhan pokok masyarakat tidak akan ada” tegas Uskup Ruby. Henny Alit





0 Komentar