UMAT KATOLIK JANGAN GOLPUT

Tahun ini Indonesia akan menyelenggarakan pemilu serentak pada 17 April 2019. Umat Katolik yang sekaligus WNI juga berperan serta dalam pesta demokrasi ini. Lalu bagaimana umat Katolik harus bersikap dan menentukan pilihannya? Inilah yang menjadi topik pembicaraan dalam Sosialisasi Pemilu Serentak 2019 (17/3) di Panti Paroki St. Ignatius Danan.

Acara yang dihadiri puluhan peserta yang terdiri dari orang tua dan generasi millenial ini dipandu oleh Tim Kerawam Paroki St. Ignatius Danan. Satu kalimat yang terlontar pertama kali dalam menghadapi pemilu kali ini, JANGAN GOLPUT. Dengan golput berarti tidak ambil bagian dalam menentukan nasib bangsa. Ini ditegaskan H. Dwiyanto di depan peserta yang hadir sore itu.


Bukan hanya golput, Dwi juga berharap umat katolik menjadi pemilih yang cerdas. “Caranya, dengan ikut memilih dan ikut menentukan nasib bangsa ini”, kata Dwi. Alasan ini juga diperkuat dengan semboyan, Pro Ecclesia Et Patria, 100% WNI, 100% orang katolik. Untuk itulah umat katolik dipanggil menjadi garam dan terang dunia. Jadi garam dan terang dunia ada 4 yakni, jadi pemilih, penyelenggara, pengawas dan kandidat.


Bilamana menjadi pemilih, jadilah pemilih yang cerdas. Maksudnya memilih kandidat harus yang Pancasilais, Bhineka Tunggal Ika, memperjuangkan NKRI dan menolak radikalisme dan intoleransi. Masalah radikalisme ini disinggung Ignatius Suratno selaku Tim Kerawam Paroki, bahwa pilpres tahun ini ada dua kandidat. Nomor 1, muslim nusantara/moderat, tidak suka kekerasan dan nomor 2, muslim berkiblat timur tengah/islam konsevatif. Dia akan gunakan kaidah-kaidah lama dan tidak ada perubahan.

Menurut Ratno, umat Katolik adalah benteng dalam mempertahankan nilai-nilai Pancasila maka pilihlah dengan hati nurani tanpa tekanan atau money politic. “Jangan tergiur iming-iming ziarah atau piknik gratis pada hari pencoblosan”, kata Ratno. Ingat, 5 menit untuk taruhkan nasib 5 tahun ke depan.

(Henny Alit)

0 Komentar