Dari ingin Belajar Violin Akhirnya Jadi Pastor

Perjalanan panggilan Rm. Marcelinus Victor Drajad Setiyawan, Pr cukup unik. Bukan dari aktivis OMK atau Misdinar baik di lingkungan maupun paroki. Namun entah kenapa keinginan masuk seminari begitu kuat meski pernah gagal diterima.


Romo Victor begitu ia biasa disapa, anak sulung dari dua bersaudara dari pasangan Agus Kadarno dan Felisitas Sumarmi. Adiknya Albert Drajad Bravianto  kini bekerja di kantor Pajak Jayapura Papua. Berasal dari Paroki Aloysius Gonzaga Mojosongo Solo, Pastor Victor terlahir dari keluarga yang cukup religius. Ayahnya seorang penganut Kristen yang taat sejak nenek moyangnya (GKJ) dan ibunya seorang Katolik. Maka itu ketika Romo yang lahir pada 4 Januari 1994 ini punya keinginan masuk seminari ayahnya tidak begitu antusias menanggapi karena bagi ayahnya masuk Seminari tidak menjamin bisa menjadi pastor. Maka ketika tahun pertama masuk seminari menengah hingga Seminari Tinggi ayahnya tetap mengantar namun tak pernah menjenguk.

Percaya Diri

Berawal dari mengikuti Misa Minggu pagi di Gereja Santa Maria Regina Purbowardayan, kebetulan ada aksi panggilan dengan kor dan mini orkestra dari Seminari Menengah Mertoyudan. Baginya sangat unik dan dalam hati Victor muda membatin ini kor dari mana, dari sekolah mana kok cowok semua. Dari situ pula ia penasaran dan tertarik belajar main violin dengan cara  masuk Seminari Mertoyudan. Lulus SMP negeri 10 Solo Victor mencoba tes ke seminari dengan penuh percaya diri namun tak diterima. "Mungkin karena saya gampangke, jadi romo itu angel, sithik sing pingin mosok ana  sing daftar ditolak?", katanya dengan tertawa. 

Kegagalan tak menyurutkan keinginan masuk seminari, Victor melanjutkan ke SMA Negeri 2 Solo dan menjalani hidup sebagai pelajar yang baik, tetap belajar tekun, menikmati masa muda, pacaran dan kadang-kadang nakal. Namun tetap penasaran dan ingin tetap masuk seminari dengan mempersiapkan diri secara akademik dengan tes psikologi, tekun belajar bahasa inggris dan matematika dan dibimbing rohaninya oleh Rm. Al. Eko Santosa, Pr. "Ora kurang-kurang le ku usaha, kalo sampai lulus sma tidak diterima lagi  masuk seminari berarti bukan jalan hidup saya", kata Romo Victor.

Selama studi di Seminari, semua dijalani dengan lancar kecuali satu keinginan yang terpendam yakni belajar violin, setelah mencoba belajar ternyata tetap tidak bisa. Bahkan alat musik apapun tetap tidak bisa ia pelajari. Restu sang ayahpun diberikan setelah melalui proses yang panjang sejak di Seminari Mertoyudan, Tahun Orientasi Rohani di Jangli Semarang hingga lanjut di Seminari Tinggi Kentungan dengan meraih S1 cumlaude.


Kesetiaan

Masuk seminari baginya sangat menyenangkan, karena banyak hal yang baru, teman baru, komunitas baru, bertemu dengan banyak orang dan bisa dolan-dolan. Namun yang membuat Rm. Victor bertanya dalam hati, dia yang tidak pernah aktif di misdinar atau OMK kok malah memiliki keinginan menjadi romo sedangkan teman-teman saya yang aktif tidak pernah tertarik. Baginya ini adalah misteri yang perlu dijawab. Setelah melalui proses yang panjang Romo Victor justru semakin yakin bahwa memang ini adalah jalan hidupnya karena merasa cocok dengan jalan hidup sebagai Imam yang menurut dia bukan hal yang memberatkan apalagi sebagai seorang yang gampang bosan, justru sangat membahayakan bila berumah tangga. Namun sebagai seorang rohaniwan ini  berdampak negatif dalam hidup berkomunitas dengan orang lain, sebagai seorang yang gampang bosan sangatlah susah. 

Sedangkan kendala internal yang ia hadapi selama menjalani panggilan adalah soal kesetiaan, seberapa setia dalam menjalankan tugas-tugas yang tidak ia kehendaki, seberapa setia ia hidup dengan orang yang tidak disukai, apakah akan mampu memberikan hati pada orang yang tidak cocok. Ketika muncul perasaan bosan maka krisis akan muncul. Beruntung sebagai seorang laki-laki yang punya rasio yang kuat, bila sudah merasa klik dengan panggilan-Nya maka masalah-masalah tersebut tidak begitu ia hiraukan. "Masalah selalu ada tapi saya punya self healing dan tidak menuntut orang lain untuk menjadi seperti yang saya inginkan tetapi saya akan mencoba memperbaiki diri maka kebahagiaan saya adalah kebahagiaan yang independen", tegasnya.


Muda Terus

Sebagai pastor muda, romo Victor memberi pesan dan harapan kepada kaum muda, bahwa jangan berpikir bahwa menjadi Imam itu hidup akan berubah. Selama menjalani panggilan, masih bisa menjadi diri sendiri, masih bisa menikmati masa muda meski dengan cara yang berbeda, masih bisa dolan-dolan, nonton konser dan masih bisa bermedsos. Menurut Romo Victor, bukan sesuatu yang mengerikan menjadi Imam, justru merasa masih muda terus karena rutin berkumpul dengan sesama romo, tertawa-tertawa. "Misalkan ada konflik dengan romo A masih ada romo Z", selorohnya sambil tertawa. 

Sebagai pastor baru dengan tugas baru di paroki Danan, Pastor Victor hanya berusaha menikmati dan berusaha menjadi Imam dan moral yang baik bagi umat di danan bukan memposisikan diri menjadi seorang problem solver atas masalah yang ada di paroki Danan.  Sejak awal diutus oleh Bapa Uskup di paroki Danan adalah untuk berpastoral, mengunjungi, mendampingi dan membagikan kebahagiaannya sebagai seorang Imam. Pastor Victor berharap ini akan bisa menjadikan semangat bagi umat dalam kehidupan menggereja. Namun Romo Victor tetap akan menjadi pribadi yang otentik di manapun ditugaskan dengan segala keunikannya. Panggilan baginya adalah panggilan yang membahagiakan. 

Kesan pertama di paroki Danan,  Romo yang ditahbiskan pada 29Juni 2022 ini mengatakan paroki Danan daerah yang sepi, umat yang lugu, lugunya orang desa dengan segala keunikannya misalnya dengan romo memakai bahasa Jawa halus. Mereka pasti punya bayangan yang tinggi terhadap romonya. Untuk itu ia berharap umat paroki Danan tetap setia dengan iman katolik dan selalu menghidupi GerejaNya. 

Henny Alit



0 Komentar